SASANDO
Sasando, alat musik tradisional dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, merupakan warisan budaya yang patut diketahui dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia. Keunikan Sasando terletak pada bentuknya yang khas, terbuat dari daun lontar berbentuk setengah lingkaran, serta suaranya yang merdu dan romantis.
Alat musik petik ini menjadi salah satu ikon budaya Indonesia yang telah mendunia, bahkan tampil dalam berbagai ajang internasional.
Sasando dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari, mirip dengan cara memainkan kecapi atau harpa. Namun, teknik permainan Sasando memiliki keunikan tersendiri, di mana kedua tangan pemain bergerak berlawanan arah untuk menghasilkan melodi dan akor yang harmonis.
Sumber bunyi Sasando berasal dari getaran dawai yang dipasang pada tabung bambu, dengan resonansi yang dihasilkan oleh wadah daun lontar yang disebut haik.
Popularitas Sasando telah melampaui batas-batas Nusa Tenggara Timur dan Indonesia. Alat musik ini telah tampil dalam berbagai acara internasional, termasuk KTT ASEAN ke-42 dan side event G20 di Labuan Bajo. Keindahan suara dan keunikan bentuk Sasando telah memikat hati banyak orang, menjadikannya sebagai duta budaya Indonesia yang membanggakan di kancah global.
Sasando termasuk dalam kategori alat musik chordophone, yang berarti sumber bunyinya berasal dari dawai atau senar yang bergetar. Melansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf, Sasando memiliki keunikan tersendiri dalam kelompok alat musik petik ini. Bentuknya yang khas, terbuat dari daun lontar yang melengkung berbentuk setengah lingkaran, menjadikan Sasando mudah dikenali dan berbeda dari alat musik petik lainnya.
Kekhasan Sasando tidak hanya terletak pada bentuknya, tetapi juga pada suara yang dihasilkannya, yang dikenal memiliki resonansi indah dan romantis.
Konstruksi Sasando terdiri dari beberapa bagian utama yang memiliki fungsi spesifik. Badan utama Sasando terbuat dari tabung bambu yang dipilih secara khusus. Pada bagian atas dan bawah tabung bambu ini, terdapat tempat untuk memasang dan mengatur kekencangan dawai.
Bagian tengah bambu dilengkapi dengan senda atau penyangga yang berfungsi untuk merentangkan dawai dan mengatur tangga nada. Sementara itu, wadah resonansi yang disebut haik terbuat dari anyaman daun lontar yang memberikan karakter suara unik pada Sasando.
Sasando Warisan Budaya
Sasando merupakan warisan budaya tak benda yang telah diakui secara nasional dan internasional. Melansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud, alat musik ini memiliki sejarah panjang yang lekat dengan cerita nenek moyang orang Rote.
Berbagai versi legenda setempat mengisahkan asal-usul Sasando, mulai dari cerita Sangguana yang terdampar di pulau Ndana hingga kisah Pupuk Soroba yang terinspirasi dari jaring laba-laba. Keberadaan cerita-cerita ini menunjukkan betapa pentingnya Sasando dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Rote.
Perkembangan Sasando tidak berhenti pada bentuk tradisionalnya saja. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini telah diciptakan Sasando elektrik yang mampu menghasilkan suara lebih keras dan dapat digunakan dalam pertunjukan skala besar.
Melansir dari Pemerintah Kabupaten Rotendao, Sasando elektrik pertama kali diciptakan oleh Arnoldus Edon pada 1960-an. Meskipun mengalami modernisasi, esensi dan keunikan Sasando tetap dipertahankan, termasuk penggunaan daun lontar sebagai resonator untuk mempertahankan karakter suara khasnya.
Popularitas Sasando telah melampaui batas-batas nasional dan menjadi salah satu duta budaya Indonesia di kancah internasional. Melansir dari Kemenparekraf, Sasando telah tampil dalam berbagai acara bergengsi, termasuk KTT ASEAN ke-42 dan side event G20 di Labuan Bajo.
Bahkan, Sasando pernah menjadi cendera mata yang diberikan oleh Ibu Iriana Joko Widodo kepada Ibu Negara Tiongkok, Madam Peng Liyuan. Keunikan bentuk, bahan, dan melodi Sasando telah berhasil memikat hati banyak orang, menjadikannya sebagai salah satu ikon budaya Indonesia yang diakui dunia.
Video :
wow
BalasHapussangat informatif
BalasHapus🤩🙌
BalasHapus